Sebagai bagian dari upaya mendukung perikanan berkelanjutan di Indonesia, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB), Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Timur, dan Marine Stewardship Council (MSC) menyelenggarakan rapat koordinasi awal untuk memulai kajian identifikasi spesies Endangered, Threatened, and Protected (ETP) di Selat Bali. Kegiatan ini digelar secara hybrid pada Selasa (22/4), bertempat di Swiss-Belinn Hotel Malang.
Kajian ini merupakan bagian dari Rencana Kegiatan Tahunan (RKT) dalam mendukung program perbaikan perikanan (Fisheries Improvement Program/FIP) lemuru di Selat Bali, yang sejalan dengan program strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam mewujudkan pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan. Inisiatif ini juga menjadi tindak lanjut implementasi Nota Kesepahaman (MoU) antara MSC Indonesia dan DKP Provinsi Jawa Timur.
Acara dibuka oleh Wakil Dekan III FPIK UB, Prof. Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi., M.T., bersama Program Director MSC Indonesia, Hirmen Syofyanto, yang menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dalam menjaga keberlanjutan ekosistem laut di kawasan Selat Bali.
Ketua BPPM FPIK UB, Prof. Dr. Ir. Dewa Gede Raka Wiadnya, M.Sc., memaparkan kondisi terkini terkait spesies ETP di perairan Selat Bali. Selanjutnya, Ledhyane Ika Harlyan, S.Pi., M.Sc., Ph.D., dosen Prodi PSP FPIK UB, menyampaikan rencana teknis kajian, termasuk metodologi pengumpulan data, jadwal kunjungan lapangan, dan strategi pelibatan pemangku kepentingan.
Diskusi yang melibatkan 22 perwakilan instansi dari kalangan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, hingga organisasi konservasi turut memperkaya penyusunan langkah kolaboratif ke depan dalam pengelolaan spesies ETP di wilayah tersebut.
Pertemuan ini menjadi langkah strategis dalam memastikan bahwa upaya konservasi spesies ETP berjalan seiring dengan praktik perikanan yang bertanggung jawab. Melalui pendekatan berbasis sains dan kolaborasi multipihak, proses kajian ini diharapkan mampu menghasilkan data yang akurat untuk mendukung pengambilan kebijakan dan praktik pengelolaan yang lebih baik di lapangan.
Ke depan, hasil kajian ini akan digunakan sebagai dasar pengembangan rekomendasi teknis dan praktik mitigasi yang dapat diadopsi oleh pelaku perikanan. Selain itu, proses ini juga akan membuka ruang pembelajaran bersama yang memperkuat kapasitas lokal dalam menjaga keberlanjutan sumber daya perikanan dan ekosistem laut di Selat Bali.