Cumi-cumi bangka merupakan salah satu komoditas penting di perairan Indonesia, khususnya di Selat Karimata. Namun, penelitian terbaru menunjukkan adanya tekanan penangkapan yang tinggi, di mana sebagian besar cumi-cumi tertangkap sebelum mencapai ukuran matang gonad. Kondisi ini menandakan risiko serius terhadap keberlanjutan stok dan pentingnya penerapan pengelolaan berbasis sains.
Melihat kondisi tersebut, Achmad Zamroni, mahasiswa doktoral di Universitas IPB, melakukan penelitian untuk menilai status stok dan tingkat eksploitasi cumi-cumi bangka di Selat Karimata dan Laut Jawa. Dengan dukungan MSC Ocean Stewardship Fund Student Research Grant 2023, penelitiannya bertujuan menyediakan dasar ilmiah yang kuat bagi strategi pengelolaan stok cumi-cumi yang lebih berkelanjutan di Indonesia.
Acmad Zamroni menganalisis cincin tentakel pengisap cumi-cumi ©Achmad Zamroni
1. Mengapa Anda memilih untuk mendalami ilmu perikanan?
Pilihan saya untuk mempelajari ilmu perikanan berawal dari kesadaran bahwa Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia, dengan kekayaan sumber daya laut yang menjadi kunci bagi pembangunan ekonomi dan ketahanan pangan nasional. Sektor ini tidak hanya menyediakan sumber nutrisi penting bagi masyarakat dan devisa bagi negara, tetapi juga menjadi tumpuan hidup bagi jutaan masyarakat pesisir.Namun, masih terdapat kesenjangan antara potensi besar sektor ini dan pengelolaannya yang optimal. Di sinilah pentingnya peran sains perikanan untuk menghadirkan solusi berbasis data dalam menjaga keseimbangan antara pemanfaatan ekonomi dan keberlanjutan ekologi.
Status ekologis Indonesia yang unik sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia menjadi pendorong tambahan. Sebagai jantung Segitiga Terumbu Karang, perairan Indonesia menjadi rumah bagi lebih dari 3.000 spesies ikan dan 600 jenis terumbu karang, menjadikannya “perpustakaan genetik” global yang tak ternilai. Keistimewaan ini menciptakan tanggung jawab ganda: memanfaatkan sumber daya ini untuk kesejahteraan nasional, sekaligus melestarikannya sebagai warisan dunia. Dilema antara pemanfaatan dan konservasi inilah yang menjadi inti panggilan ilmiah saya mengembangkan model pengelolaan berbasis sains yang mampu menyeimbangkan kedua kepentingan penting tersebut.
2. Apa fokus utama dari penelitian Anda?
Fokus utama penelitian saya adalah melakukan penilaian stok dan tingkat eksploitasi cumi-cumi Uroteuthis chinensis di Laut Jawa (WPP 712) dan Selat Karimata (WPP 711). Urgensi riset ini muncul karena komoditas bernilai ekonomi tinggi ini telah dieksploitasi secara intensif, dengan berbagai studi ilmiah yang menunjukkan kondisi overfishing di kedua wilayah tersebut.Tanda-tanda krisis terlihat dari fenomena growth overfishing di Selat Karimata, di mana cumi-cumi ditangkap pada ukuran rata-rata 18,1 cm, jauh sebelum mencapai ukuran matang gonad pertama (28,9 cm). Selain itu, recruitment overfishing juga ditemukan di perairan Belitung, dengan rasio potensi pemijahan (SPR) di bawah 20%, yang mengancam kemampuan stok untuk beregenerasi. Karena itu, penelitian ini bertujuan menyediakan dasar ilmiah akurat tentang kondisi stok terkini guna merumuskan rekomendasi pengelolaan yang efektif dan berkelanjutan, khususnya untuk mendukung kebijakan Penangkapan Ikan Terukur berbasis kuota yang sangat bergantung pada data stok yang valid.
3. Bagaimana pengalaman di lapangan selama penelitian?
Kegiatan lapangan dirancang sebagai protokol sistematis yang dilakukan setiap bulan selama satu tahun penuh untuk mengumpulkan data biologis dan perikanan cumi-cumi Uroteuthis chinensis. Aktivitas utama mencakup pengukuran panjang mantel, analisis kematangan gonad, serta pencatatan data hasil tangkapan dan alat tangkap. Pengukuran dilakukan dua kali per bulan untuk menangkap variasi hasil tangkapan yang dipengaruhi oleh fase bulan gelap dan terang, yang sangat memengaruhi perilaku cumi-cumi serta efektivitas alat tangkap berbasis cahaya.Data tangkapan dikumpulkan secara berkala di pelabuhan pendaratan utama melalui wawancara dan observasi langsung, mencakup volume hasil tangkapan per trip, upaya penangkapan (hari melaut, jumlah awak kapal), dan spesifikasi alat tangkap seperti bouke ami, squid jig, dan bagan. Data ini penting untuk menghitung Catch Per Unit Effort (CPUE) yang menjadi indeks kelimpahan stok relatif, input kunci bagi model penilaian stok dan dasar penyusunan kebijakan pengelolaan berbasis bukti ilmiah.
Sebagai bentuk tanggung jawab ilmiah terhadap konservasi, penelitian ini juga mencakup analisis biologi reproduksi. Setiap bulan, sampel cumi-cumi dibedah untuk mengidentifikasi jenis kelamin dan tahap kematangan gonad (GMS). Data ini memungkinkan penentuan musim puncak pemijahan, yang menjadi dasar ilmiah penting dalam merumuskan rekomendasi seperti ukuran tangkap minimum dan penutupan musim atau area untuk melindungi fase reproduksi rentan serta menjamin keberlanjutan populasi.
Uroteuthis chinensis dari perairan Jawa Utara ©Achmad Zamroni
4. Bagaimana penelitian ini mendukung keberlanjutan perikanan?
Penelitian ini memberikan kontribusi mendasar bagi keberlanjutan perikanan dengan menyediakan dasar ilmiah yang kuat untuk perumusan kebijakan. Melalui penilaian stok yang akurat terhadap komoditas strategis seperti Uroteuthis chinensis di Laut Jawa dan Selat Karimata, penelitian ini mengungkap kondisi nyata sumber daya yang mengalami tekanan eksploitasi tinggi.Melalui analisis data yang mendalam, penelitian ini mampu mengidentifikasi secara jelas fenomena growth dan recruitment overfishing, yang menjadi langkah pertama dalam transisi dari pemanfaatan eksploitatif menuju pengelolaan yang bertanggung jawab.
Kontribusi nyata diwujudkan melalui pengumpulan data biologis dan perikanan selama satu tahun penuh, mencakup data biometrik (distribusi panjang mantel), biologi reproduksi (tahap dan musim pemijahan), serta data tangkapan (volume dan upaya penangkapan). Hasil analisis ini menjadi jembatan langsung antara sains dan kebijakan, mendukung keberhasilan program nasional Penangkapan Ikan Terukur (PIT) berbasis kuota dengan menyediakan estimasi Maximum Sustainable Yield (MSY) dan Total Allowable Catch (TAC) sebagai dasar ilmiahnya.
Selain itu, data biologis yang dikumpulkan memungkinkan penyusunan rekomendasi teknis lain seperti ukuran tangkap minimum, penutupan area atau musim pemijahan, serta penggunaan alat tangkap yang lebih selektif dan ramah lingkungan. Dengan demikian, penelitian ini mengubah paradigma pengelolaan perikanan dari reaktif menjadi proaktif dan berbasis bukti, demi keberlanjutan sumber daya laut dan kesejahteraan nelayan di masa kini dan mendatang.
5. Temuan penting apa yang berhasil Anda ungkap melalui penelitian ini?
Penelitian saya menemukan bahwa stok cumi-cumi Uroteuthis chinensis di perairan Kalimantan Barat dan Jawa Utara berada dalam kondisi yang memerlukan kehati-hatian tinggi. Indikasi tekanan eksploitasi berlebih terlihat dari ukuran tangkap pertama (Lc) yang jauh lebih kecil dari ukuran matang pertama (Lm), menandakan mayoritas hasil tangkapan belum sempat bereproduksi.Selain itu, laju mortalitas penangkapan lebih tinggi dibanding mortalitas alami, menunjukkan stok telah mengalami overfishing. Nilai Spawning Potential Ratio rata-rata hanya 7%, jauh di bawah batas aman biologis (20%), menandakan recruitment overfishing.
Analisis data deret waktu tahun 2014–2023 menunjukkan peningkatan upaya tangkap secara signifikan, namun ironisnya diikuti penurunan CPUE lebih dari 50% yang menunjukkan indikasi kuat menurunnya kelimpahan stok di alam.
Model produksi dan analisis risiko menunjukkan kondisi 2023 berada pada tingkat penangkapan 65% di atas batas berkelanjutan dengan kategori risiko “sedang–tinggi”. Jika tren ini berlanjut, perikanan akan mencapai “risiko tinggi” dalam 10 tahun. Untuk mencegah keruntuhan stok, diperlukan intervensi tegas dengan pengurangan upaya tangkap sekitar 40% dari kondisi 2023.
6. Bagaimana OSF Student Research Grant MSC mendukung penelitian Anda?
Dukungan dari Ocean Stewardship Fund (OSF) sangat penting di setiap tahap penelitian, mulai dari logistik hingga analisis data. Dana hibah ini memungkinkan pelaksanaan pengambilan sampel intensif selama 12 bulan di dua lokasi strategis, yaitu Selat Karimata dan perairan Jawa Utara yang menghasilkan 12.970 sampel cumi.Dukungan finansial ini juga membantu mengatasi tantangan lapangan seperti cuaca buruk atau kerusakan peralatan, menjaga keutuhan data deret waktu. Dalam tahap analisis, OSF mendukung penggunaan model penilaian stok canggih seperti simulasi Monte Carlo, memungkinkan analisis mendalam untuk hasil yang akurat.
Pada tahap akhir, hibah ini juga berperan penting dalam publikasi dan penyebaran hasil penelitian, termasuk penyusunan laporan teknis dan rekomendasi kebijakan berbasis risiko yang aplikatif bagi pengelola perikanan. Secara keseluruhan, OSF tidak hanya membiayai tetapi juga menjadi katalis rantai riset dari pengumpulan data kredibel hingga hasil yang berdampak nyata bagi pengelolaan perikanan berkelanjutan di Indonesia.
Proses identifikasi gonad cumi-cumi Uroteuthis chinensis ©Achmad Zamroni
7. Apa langkah Anda berikutnya?
Saya berkomitmen untuk melanjutkan kontribusi di bidang ilmu pengelolaan perikanan, dengan fokus mengembangkan model pengelolaan berbasis sains yang dapat menyeimbangkan antara pemanfaatan dan konservasi.Dengan latar belakang Indonesia sebagai negara maritim terbesar dan pusat keanekaragaman laut dunia, saya ingin melanjutkan penelitian dan kolaborasi yang memperkuat penerapan kebijakan berbasis bukti demi keberlanjutan sumber daya dan kesejahteraan masyarakat pesisir.
8. Adakah pesan bagi mahasiswa atau peneliti muda yang tertarik dengan topik serupa?
Pesan saya bagi seluruh penelitu muda, sadarilah betapa strategis dan mulianya pilihan untuk meneliti biologi reproduksi ikan atau cephalopoda di Indonesia, pusat keanekaragaman laut dunia yang menghadapi tekanan eksploitasi tinggi.Jadilah peneliti tangguh dan multidisipliner: jangan terpaku di laboratorium, tetapi terjun langsung ke lapangan dalam jangka panjang untuk memahami siklus musiman. Bangun kolaborasi dengan ilmuwan lain dan komunitas nelayan yang memiliki pengetahuan lokal berharga.
Yang terpenting, arahkan riset Anda untuk menghasilkan sains yang aplikatif. Terjemahkan temuan biologis seperti musim pemijahan atau ukuran matang gonad menjadi rekomendasi kebijakan nyata seperti ukuran tangkap minimum atau penutupan musim. Kontribusi Anda akan menjadi kunci bagi keberlanjutan sumber daya laut Indonesia di masa depan.
9. Apa harapan Anda terkait dampak penelitian ini, baik di komunitas ilmiah maupun bagi pengelola atau pembuat kebijakan perikanan di tingkat lokal?
Saya berharap penelitian ini memberikan kontribusi signifikan bagi komunitas ilmiah dan pengambil kebijakan perikanan. Bagi akademisi, dataset yang dihasilkan dapat menjadi dasar empiris kuat untuk validasi dan pengembangan model penilaian stok di perairan tropis yang selama ini minim data.Bagi pengelola perikanan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar pengambilan kebijakan berbasis bukti. Temuan bahwa stok cumi di wilayah studi telah mengalami overfishing dengan potensi reproduksi sangat rendah harus menjadi peringatan serius.
Data kuantitatif seperti estimasi MSY dapat langsung mendukung implementasi kebijakan Penangkapan Ikan Terukur berbasis kuota. Analisis risiko juga menunjukkan pentingnya intervensi cepat, termasuk pengurangan upaya tangkap, penggunaan alat tangkap selektif, dan penutupan musim pemijahan (Juni–Agustus), guna menjamin keberlanjutan sumber daya dan kesejahteraan nelayan.
Riset lengkap
Zamroni, A., Boer, M., Butet, N. A., Zairion, Z., Wudianto, W., & Amri, K. (2025). Critical exploitation status of the mitre squid, Uroteuthis chinensis, in the Karimata Strait driven by an extreme size-at-maturity to size-at-capture discrepancy. Egyptian Journal of Aquatic Biology and Fisheries, 29(4), 2789–2810. https://doi.org/10.21608/ejabf.2025.448565“Peningkatan eksploitasi cumi-cumi menyebabkan berbagai dampak yang tidak menguntungkan, tidak hanya bagi spesies tersebut, lingkungan, dan pengelolaannya, tetapi juga bagi masyarakat yang menggantungkan mata pencaharian mereka pada perikanan ini.”
Lebih Lanjut
Ocean Stewardship Fund
Lebih dari £5,25 juta telah dialokasikan untuk mendukung 144 perikanan dan proyek di berbagai belahan dunia melalui Ocean Stewardship Fund.
MSC Improvement Program
Marine Stewardship Council meluncurkan inisiatif baru yang bertujuan mempercepat kemajuan dalam praktik penangkapan ikan berkelanjutan di seluruh dunia.

