Meningkatkan pengumpulan data dan pemantauan dampak melalui pelatihan serta penempatan lebih banyak observer ilmiah di atas kapal.
- Melatih observer di atas kapal untuk memperkuat pemantauan dan meningkatkan data terkait interaksi dengan spesies yang langka, terancam punah dan dilindungi (ETP)
- Meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan pengelolaan perikanan regional
- Menyelaraskan kegiatan pemantauan dengan persyaratan keberlanjutan MSC
Tanggal mulai: Mei 2025
£48.300
Transition Assistance Fund
Penerima
Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI)
Perikanan
Tuna longline dan ikan pelagis besar Indonesia di Samudra Hindia
Tentang perikanan
Perikanan tuna longline dan ikan pelagis besar Indonesia di Samudra Hindia terdiri dari 364 kapal dengan tangkapan utama tuna albakora (Thunnus alalunga), tuna mata besar (Thunnus obesus), tuna sirip kuning (Thunnus albacares), dan ikan todak (Xiphias gladius).
Kapal-kapal tersebut menggunakan alat tangkap longline dan beroperasi di Samudra Hindia, di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.
Sejak 2019, perikanan ini telah menjadi bagian dari Program Perbaikan Perikanan (FIP), yang dipimpin oleh Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) dan merupakan bagian dari MSC Improvement Program.
Perikanan ini kini menerima hibah Transition Assistance Fund untuk mendukung perbaikan dan mempersiapkannya menuju penilaian penuh sesuai Standar Perikanan MSC pada tahun 2029.
 
                    Apa yang akan dilakukan proyek ini
Proyek ini akan menggunakan hibah Transition Assistance Fund untuk meningkatkan pelatihan dan penempatan observer di atas kapal. 
Regional Fisheries Management Organisation (RFMO), The Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), mewajibkan kehadiran observer ilmiah pada minimal 5% perjalanan penangkapan ikan. Peningkatan cakupan pengawasan pada perikanan longline akan memungkinkan pemantauan yang efektif terhadap dampak lingkungan, termasuk tangkapan sampingan, pembuangan ikan, serta interaksi dengan spesies yang langka, terancam punah, dan dilindungi (ETP). 
Dengan panduan teknis dari PSDI (Direktorat Pengelolaan Sumber Daya Perikanan) dan para ilmuwan dari BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), proyek ini juga akan menyelenggarakan lokakarya bagi observer dan enumerator. Kegiatan ini akan memastikan observer memiliki pelatihan yang memadai untuk pengumpulan data yang berkualitas tinggi dan terstandarisasi.
Kegiatan ini akan memastikan perikanan sesuai dengan peraturan IOTC maupun standar MSC. Data yang dikumpulkan akan digunakan untuk menyusun strategi jangka panjang dan protokol dalam memantau dan meminimalkan dampak lingkungan dari perikanan ini.
“Melalui proyek ini, perikanan mengambil langkah besar menuju keberlanjutan, dan proyek perbaikan ini diperkirakan akan memberikan dampak yang sangat positif, baik dalam hal keberlanjutan sumber daya tuna, peningkatan daya saing pasar, maupun kontribusi luas terhadap ilmu kelautan.”
Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI)


 
                                 
                                