Dengan menggunakan metode eDNA, sebuah perikanan di Jawa akan menilai komposisi tangkapannya, sehingga dapat menyusun rencana aksi menuju perikanan berkelanjutan dan sertifikasi MSC.
- Menggunakan DNA untuk mendapatkan informasi tentang dampak lingkungan dari hasil tangkapan sampingan dan membandingkannya dengan data pemerintah dan enumerator
- Menyusun tabel identifikasi spesies beserta status IUCN-nya
- Menyusun data kelimpahan relatif untuk spesies target dan membuat rencana aksi
Tanggal mulai : April 2025
£10.000
Student Research Grant
Penerima
Jasiel Karosekali, Mahasiswa Magister di Universitas Diponegoro, Indonesia
Perikanan
Udang Jawa Tengah, Indonesia
Tentang perikanan
Perikanan udang Jawa Tengah beroperasi di seluruh perairan Indonesia bagian tengah, termasuk Selat Malaka, Laut Jawa, dan Selat Makassar. Perikanan ini menargetkan udang putih (Fenneropenaeus merguiensis), yang juga dikenal sebagai udang jerbung, dengan menggunakan alat tangkap bubu/perangkap dan jaring trammel.
Semua jenis alat tangkap dapat memiliki dampak lingkungan yang signifikan jika tidak dikelola secara berkelanjutan, dan jaring trammel berpotensi menghasilkan tangkapan sampingan dalam jumlah besar. Pada perikanan udang Jawa Tengah, tangkapan sampingan dari jaring trammel sebagian besar berupa krustasea dan ikan lainnya. Tingginya tangkapan sampingan ini berpotensi menimbulkan dampak lingkungan jangka panjang, mengganggu rantai makanan laut dan ekologi wilayah tersebut.
Untuk meningkatkan kinerja lingkungannya, perikanan ini mengikuti MSC Improvement Program pada tahun 2021 dan berharap dapat mengikuti penilaian sesuai Standar Perikanan MSC pada tahun 2026.
Sebagai bagian dari rencana aksi perbaikannya, perikanan ini bekerja sama dengan para peneliti dari Universitas Diponegoro, Indonesia. Jasiel Karosekali merupakan mahasiswa program Magister di universitas tersebut, dan proyeknya terpilih untuk menerima Student Research Grant dari MSC Ocean Stewardship Fund.
Hibah ini memungkinkan Karosekali untuk melakukan proyek penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi lebih detail mengenai komposisi tangkapan sampingan. Hasilnya akan membantu perikanan melakukan perbaikan dan meminimalkan dampaknya terhadap ekosistem.
 
                    Apa yang akan dilakukan proyek ini
Proyek ini bertujuan untuk menilai keanekaragaman spesies, sebaran, asal habitat, dan status konservasi dari tangkapan non-target berupa krustasea dan ikan pada perikanan tersebut.
Untuk mengumpulkan data tersebut, Karosekali akan menggunakan teknik yang dikenal sebagai metabarcoding eDNA (environmental DNA). Metode ini memungkinkan peneliti mengambil fragmen DNA dari lingkungan laut—seringkali dari satu sampel saja—dan mencocokkannya dengan karakteristik genetik yang tersimpan sebagai barcode dalam basis data genetik global. Dengan cara ini, keanekaragaman hayati di wilayah perikanan dapat ditentukan dengan akurasi pada tingkat molekuler.
Data yang dikumpulkan tidak hanya akan mengidentifikasi spesies yang termasuk dalam tangkapan sampingan, tetapi juga seluruh spesies yang ada di wilayah operasi perikanan, sekaligus memastikan status konservasi mereka menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature). Selain itu, penelitian ini akan memberikan informasi tentang persentase kelimpahan relatif spesies tangkapan sampingan di wilayah tersebut.
Informasi ini akan memberikan dasar yang cukup bagi perikanan untuk menyusun strategi pengelolaan yang efektif guna meminimalkan dampak terhadap spesies non-target dan ekosistem laut secara lebih luas.
Hasil penelitian akan dikomunikasikan kepada berbagai pemangku kepentingan perikanan udang Jawa Tengah untuk memastikan keterlibatan dan partisipasi mereka dalam pengelolaan perikanan. Data juga akan disampaikan melalui publikasi jurnal ilmiah dan seminar konferensi ilmiah.
“Pendanaan ini akan mendukung penelitian saya dan memberikan wawasan yang komprehensif tentang keanekaragaman hayati yang dapat digunakan untuk menyusun strategi pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab, terutama pada perikanan dengan tingkat tangkapan sampingan tinggi. Pendanaan ini juga akan menjembatani penelitian molekuler mutakhir dengan pertimbangan sosial-ekonomi untuk pengelolaan perikanan yang lebih efektif.”
Universitas Diponegoro


 
                                 
                                